Mudik : Suka-ku dan Duka-ku

Tahun 2007 adalah tahun pertama kami tinggal di Singapura. Waahh… Ternyata lama juga ya kami hidup jauh dari keluarga. Bagi saya, tinggal di rantau bukanlah cita-cita apalagi rencana. Namun mungkin ini kehendak Sang Maha Pencipta mengatur jalan hidup saya dan keluarga.

Memutuskan tinggal di rantau tentu saja sudah dengan berbagai pertimbangan. Antara berat hati namun juga excited. Apa ya yang akan kami temui disana? Dan setelah berjibaku bersama dan mengalami penyesuaian disana-sini, kami pun mulai menjalani mudik untuk pertama kalinya pada tahun 2008 sampai saat ini, tahun ke 11.

Tapi tunggu, sebenarnya “mudik” itu apa yah ?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik adalah kegiatan perantau atau pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Meski belakangan istilah “pulang kampung” (akronim: pulkam) turut digunakan, namun istilah “mudik” seolah sudah mendarah daging di masyarakat Indonesia.

Menurut budayawan Betawi, Ridwan Saidi, dalam buku Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya (1997), istilah mudik lahir dari lidah orang Betawi penduduk Batavia. Kata “udik”, yang berarti “selatan atau hulu,” turut digunakan untuk menandai nama kawasan seperti Meruya Udik di selatan dan Meruya Ilir di utara.

(diambil dari link ini)

Pertama kalinya tiket sudah ditangan, perasaan bahagia menyeruak. Wahh.. sebentar lagi kami akan bertemu keluarga yang sudah setahun kami tinggalkan. Ya, minimal satu tahun sekali kami akan mudik; yakni ketika Hari Raya Idul Fitri. Mudik diluar momen lebaran ini bisa dihitung jarang yah. Kalau tidak kepepet, ya tidak mudik. Biasanya kami pulang ke dua kota; Semarang dan Yogyakarta. Itu yang wajib. Dari yang hanya berdua, sampai berempat. Dari yang cuma bawa koper dua biji, sampai 6 biji. Hiiii. :D:D.

Namun oh namun, ketika sampai di tanah air, kadang kenyataan tidak seindah yang kami bayangkan walau bahagia pun tak kalah menyeruak. Mau tahu lebih lanjut pengalaman kami? Yuk lanjut!

mudik yuk

 

Apa ya “Sukanya Mudik”? Yuk simak berikut ini.

1.Bertemu keluarga inti

Ikatan darah sudah tidak bisa dibohongi kedekatannya. Bersyukur masih diberi kesempatan bertemu keluarga adalah nikmat yang tidak boleh diingkari. Orang tua masih sehat, saudara kandung beserta keluarga masih sehat dan para keponakan yang makin lucu dan pintar menambah kesenangan. Walau kadang menambah puyeng juga. Hehe.

Tetap ada tantangannya ketika kami berkumpul. Kadang, kebiasaan satu keluarga berbeda dengan keluarga yang lain. Kemampuan tiap anak berbeda-beda. Kalau tidak pandai-pandai mengelola kondisi, salah-salah bisa jadi emosi. Jaga diri dan hati ya, no drama, please!

Tips yang sering saya terapkan pada diri sendiri:

Karena kita pendatang, pahami kebiasaan keluarga adik atau kakak. Saya tanya dulu biasanya tidur pukul berapa atau kalau makan bagaimana. Lalu saya diskusikan dengan anak sendiri. Jangan sampai mengganggu siklus sang sepupu, dan sayapun berusaha menjaga siklus anak sendiri.

Kadang berhasil, walau kadang gagal. Pernah beberapa kali anak jadi tidur larut malam :D. Kadang ada bagusnya; anak meniru kebiasaan baik sepupunya, namun kadang juga jadi tahu hal-hal yang tidak pernah saya ajarkan. Duh. Anak tidak pernah salah meniru, kan? Untuk menetralisir, hal yang selalu saya lakukan, saya diskusikan ketika menjelang tidur. Kalau ada hal-hal yang harus diluruskan, maka akan kami luruskan. Belum lagi urusan bertemu sepupu seumuran, biasanya tidak jauh dari berebutan dan menangis karena ingin mainan yang sama. Duh!

Tapi diluar itu, biasanya sih, kumpul keluarga most likely selalu seru!

2. Atmosfer yang berbeda

Biasanya bangun tidur tidak ada yang menyapa, kalau mudik, bangun tidur bisa mendengar suara ayam haha. Entah mengapa, waktu berjalan sangat lambat dibandingkan kalau kami tinggal di Singapura. Ketika sudah bangun solat Subuh, masih bisa jalan-jalan, cari makan, ngobrol-ngobrol dengan keluarga, waktu masih pagii aja. Nikmatnya hidup tidak terburu-buru. Sementara di Singapura, tau-tau waktu sudah siang dan rasanya belum banyak yang kami lakukan. Akibatnya serba tergesa-gesa. Mudik membuat kami bisa “berhenti” sejenak dari rutinitas dan berusaha “be present”. Menikmati waktu bersama keluarga. Catch-up dan update tentang kondisi keluarga masing-masing.

3. Selalu ada sesuatu yang baru

Mulai dari makanan alias wisata kuliner, tempat wisata, sampai trend yang baru membuat kami kadang terkaget-kaget dengan perubahan yang ada. Makanan dengan mudahnya ditemui dimana saja dan harganya murah meriah. Tempat wisata pun bervariasi, mulai dari yang alami seperti sungai ataupun kebun bunga di kaki gunung sudah merupakan kelegaan tersendiri bagi kami. Adanya Go-Food ah… sudahlah.. :)).

img_20190622_192830
Kopi Gajah adalah tempat keluarga besar kami berkumpul Lebaran yang lalu. Asyik tempatnya!
img_20190620_165507
Sambi Ledok. Tempat kami menikmati aliran sungai alami di kaki Gunung Merapi.

4. Nostalgia

Mengajak anak-anak bernapak tilas bahwa Ibu dulu pernah bersekolah disini atau Ayah pergi ke sekolah melalui jalur ini membuat mereka mampu berimajinasi dan tentunya menambah wawasan bahwa bumi ini luas. Haha. Bahwa ayah ibunya pernah kecil dan sekarang sudah tua menjadi orang tua mereka. Dan masa kecil saya dan ayahnya tentu jauh berbeda dengan masa kecil anak-anak. Sudahlah negaranya lain, zaman pun berubah.

5. Memanfaatkan kesempatan mumpung “murah”

Yang jelas semacam pergi ke salon untuk sekedar potong rambut, atau creambath, dan pijet refleksi hanya akan saya lakukan ketika mudik ke Yogya. Saya suka tidak tega mengeluarkan isi dompet kalau harga potong rambut di Singapura bisa 10x lipatnya dibanding di Yogya. Pijat ? 30 menit bisa hampir 400ribu rupiah, sedangkan di kampung halaman, 60 ribu bisa 1,5 jam. Kebayang ya?

Itu baru contoh kecil ya, masih banyak contoh yang lain. 😀

6. Penjahit langganan

Punya baju mau dipermak? Resleting mau dibenerin? Atau baju kekecilan mau dibesarkan? Atau punya kain menumpuk tapi malas bolak-balik ke tukang jahit? Ini yang saya suka. Ada penjahit langganan yang sudah kenal baik bertahun-tahun yang mau datang kerumah untuk mengambil kain dan setelah jadi, diantar pula ke rumah. Mau model apa, tinggal beri contohnya beliau mau menjahitkan. Nah… ini nih yang membuat saya malas beli baju di toko.

7. Serunya road trip ke kota lain

Pergi ke kota lain melalui perjalanan darat merupakan hal yang kami tunggu-tunggu. Mulai dari persiapan dari baju, bekal, dan hal-hal lain yang perlu dibawa. Tahun ini kami hanya berkesempatan ke kota Semarang, tapi semoga ditahun-tahun berikutnya ada kesempatan ke kota yang lain. Sepertinya kalau dijabarkan, perlu satu tulisan tersendiri nih, haha!

img_20190619_122307

 

Lalu dukanya apa ya… ?  “Dukanya Mudik” ituu adalah kalau :

1.Sakit

Pengalaman mudik lebaran tahun ini adalah tahun pertama kami berempat sekeluarga ada kejadian “sakit”. Rasanya tuh gimanaa gitu. Hari 3 kami sampai di Yogya, si bungsu terkena HFMD. Sesuatu yang sama sekali tidak saya antisipasi.

Minggu depannya, saya pun merasakan diare; sesuatu yang tidak pernah saya rasakan selama 11 tahun mudik sebelumnya. Setelah sembuh sekitar 2-3 hari, gantian suami dan anak pertama saya muntah-muntah karena makan sesuatu yang mungkin sudah tidak baik.  Ya kami memang makan di luar ketika itu. Bisa dibayangkan kan, “seru”nya mudik ketika itu.

Kocaknya lagi, semua obat yang sudah saya siapkan dari Singapura, tidak ada yang terpakai karena yang saya bawa hanya obat flu untuk dewasa dan anak-anak.

Maka kalau boleh memberikan tips:

Kemanapun pergi, ada baiknya juga membawa obat untuk sakit yang umum terjadi, meskipun jarang dialami. Diare sebenarnya adalah penyakit yang umum dialami oleh kawan-kawan yang mudik ke Indonesia. Namun karena saya tidak pernah mengalami, saya cuek. Ya memang yaaa cocok-cocokkan.. cuma siapa tau terpakai :D. Dan untungnya ini lagi jalan ke kampung halaman sendiri ya, jadi tau mana toko obat terdekat haha…Jangan lupa pengobatan alternatif kadang manjur. 

2.Masih banyak yang tutup

Sebenarnya ini kurang beruntungnya kalau kami mudik hanya ketika momen lebaran. Dan tidak bisa lama. Kalau banyak urusan yang membutuhkan pegawai pemerintahan misalnya, tentu saja semua masih tutup. Seperti mengurus dokumen KK atau KTP yang masih sangat kami butuhkan akan sedikit terhambat.

Tipsnya:

Rajin-rajin memeriksa dokumen (misal SIM akan expired dan harus perpanjangan), dan kalau bisa rencanakan mudik yang lebih lama atau mudiklah di lain waktu (kalau kepepet). Jangan lupa untuk bersilaturahmi dengan pak RT / RW untuk update dengan aturan-aturan baru sehingga semua persyaratan lengkap dibawa. Kalau perlu semua dokumen discan dan tersimpan rapi di Google Drive. Lengkapi dengan password. Sehingga sewaktu-waktu perlu, tinggal diprint. 

3. Banyak keinginan, sedikit kemampuan

Menjelang mudik, biasanya saya selalu merencanakan apa-apa saja yang ingin dilakukan. Namun ternyata, kadang banyak yang tidak tercapai. Ya mungkin ini saya juga yang salah ya, terlalu bersemangat. 😀

Maka tips untuk diri sendiri yang berulang-ulang saya katakan:

Buatlah jadwal yang fleksibel dan lihat prioritasnya. Lihat situasi apalagi kondisi anak-anak. Saya terkadang lupa,  daya tahan tubuh anak-anak berbeda satu dengan yang lain, dan kadang yang saya pikir mereka akan kuat ternyata tidak berlaku untuk saat itu. Vitamin sudah pasti namun jangan sampai anak-anak kurang tidur. Yang unik dari anak saya; kadang seharian minim makan sepertinya aktif-aktif saja, tetapi kalau sampai kurang tidur, bisa demam. Hmm. 

 

Pada akhirnya, keluar dari Singapura untuk mudik sejenak merupakan ajang bagi kami untuk memaknai ulang hidup kami. Reframing, tepatnya. Siapa sih kami sebenarnya? Bagaimana kami berinteraksi dengan keluarga, menyapa tetangga, bertemu dengan saudara-saudara, menyambung silaturahmi dengan kawan-kawan sekolah terdahulu, mengenalkan anak-anak kepada kebudayaan Indonesia, serta menghargai hal-hal kecil yang mungkin berbeda dari apa yang biasa kami lakukan di Singapura.

Walau kami tinggal jauh namun kami tahu, disinilah kami berasal. Hati kami tertancap disini, seberapa jauhnya kami pergi. Dan ketika kami menjalaninya, rasanya, kaya. Ya, kaya akan pengalaman baru, dan kaya akan ide-ide baru. Mudik kemudian menjadi agenda penting bagi kami, atau mungkin bagi siapapun yang jauh dari keluarga.

Dan pada akhirnya mudik adalah suatu perjalanan mendekatkan kami dengan yang jauh, bukan menjauhkan yang sudah dekat.

Nah, kalau kamu, bagaimana pengalaman mudikmu?:)

Singapura, 23 Juli 2019

 

*)Ditulis untuk mengikuti kegiatan Nulis Bareng, Yuk! dari Rumah Belajar Literasi IP Asia bulan Juli 2019

 

 

 

Aliran Rasa: Melatih Kemandirian

Aliran Rasa dalam Melatih Kemandirian Anak (Game Level 2)

Alhamdulillah.

Ya, game level 2 berakhir sudah. Setelah 15 hari mencoba melatih kemandirian Azka, anak kedua saya. Saya memutuskan untuk melatih dua kemampuan yang menurut saya sudah terlihat urgensinya, dan memang terasa manfaatnya; yaitu membereskan mainan dan menuang air ke gelas dan minum tanpa sedotan. Selain karena Azka memang terlihat sedang “getol-getolnya”  bereksplorasi dengan mainan dan tuang menuang, saya melihat Azka memang memiliki potensi untuk diarahkan untuk dua hal ini.

Yang saya pelajari ketika melatih lalu mendokumentasikan kemandiriannya:

  1. Pentingnya menetapkan tujuan yang realistis dan cara mencapai tujuan. Ketika melatih dua skill di atas, saya memang memecah langkah-langkahnya, dan fokus saya setiap latihan berbeda-beda. Sebelum akhirnya bisa dikombinasikan.
  2. Pentingnya konsistensi untuk melatih kemandirian. Alokasikan waktu setiap hari meskipun sebentar. Mau tidak mau, memang orang tua yang harus mengajak. Harus rajiiin. hehehe.
  3. Pentingnya mengingat bahwa apa yang sedang kita latih adalah penting untuk anak nantinya, jadi ketegaan kadang menjadi unsur penting. Jujur, kadang kalau malas menyerang, inginnya sih, biarkanlah kita kerjakan. Biar cepet selesai. 😀
  4. Pentingnya observasi, jikalau ada cara yang harus dirubah, maka jangan ragu untuk mencoba cara yang baru. Kadang anak bosan, namun tidak dapat mengkomunikasikannya. Jangan ragu berikan variasi.
  5. Ketika lelah dan bosan menyerang, terimalah, tapi jangan terlena. Manusiawi ketika kita lelah, namun segeralah menemukan cara untuk kembali bersemangat. Bahwa kita sesungguhnya sedang memindahkan energi ke anak. Apa yang kita lakukan dan rasakan, akan dirasakan oleh anak pula. Dan saya mengakui, masa-masa bosan ini melanda.  Namun kalau mengingat kembali dia bisa mandiri dan memiliki kebiasaan baik mengembalikan mainan, indah rasanya. Jadi semangat lagi.
  6. Perlunya kesepakatan dan negosiasi, jikalau anak memang sudah bisa diajak berkomunikasi. Jikalau masih terlalu kecil, maka mempersiapkan lingkungan yang mendukung agar anak bisa mandiri sangat baik untuk diterapkan.
  7. Evaluasi. Ketika dalam beberapa waktu anak terlihat tidak ada progress yang berarti, atau justru mengalami regresi, maka ada baiknya kita melihat secara keseluruhan. Mungkin anak bosan, jadi bisa ditunda dan dilatih skill yang lain dulu sebelum kita mulai lagi skill tersebut. Banyak-banyak ngobrol sama anak, mengalirkan rasa kita juga penting. Agar anak juga tahu bahwa yang kita lakukan ini untuk kebaikan dia juga. Jadi kalau kita menggambarkannya dengan jelas, lama-lama insyaallah anak juga mengerti.
  8. Semuanya berawal dari kesungguhan. Kalau kita sungguh-sungguh dari dalam, Insyaallah kesungguhan itu akan keluar. Kalau kita sungguh-sungguh melatih, insyaallah akan ada hasilnya. Dan setelah selesai dengan satu urusan, maka lanjutkan dengan urusan yang lain. Ketika satu kemampuan terkuasai, yuk lanjut dengan kemampuan lain. 🙂

 

Demikianlah, akhirnya semoga yaa….hari ini akan senantiasa jauhh lebih baik dari hari kemarin. Aminnnnn.

Singapura, 15 Mei 2019

#aliranrasa

#gamelevel2

#melatihkemandiriananak

#kuliahbundasayang@institut.ibu.profesional

 

Melatih Kemandirian Anak (Hari 15)

Tantangan Hari 15, Game 2

Hari 15

Alhamdulillah, sampai juga dihari ini. Dan saya harus mengakui perkembangan yang diperlihatkan oleh Azka.

Kemarin, kakaknya berulang tahun. Dan, kami memang melakukan syukuran kecil hanya untuk kami sekeluarga di rumah. Azka tampak antusias ingin mencolek kue tart yang ada. Juga nasi kuning yang Ibu siapkan. Setelah colakcolek sana sini, dia memberikan petunjuk seolah ia ingin minum. Wah, ini kesempatan baik untuk latihan minum pikir saya. Jujur, kadang kalau lagi keluar rumah, Ibunya ini selalu bawa gelas yang bersedotan. Malas beberes kalau kejadian tumpah-tumpah.

Tapi, lagi-lagi harus sabar ya, menemani anak latihan. Akhirnya saya beri ia gelas dan sedikit air.

Hasil Observasi:

1. Diluar dugaan, Azka mampu minum tanpa tumpah. Ternyata, Azka mulai mampu mengatur strategi bagaimana minum tanpa tumpah; yakni sedikit-sedikit saja. Dia mampu berhenti dan melanjutkan minum lagi. Berhenti, kemudian minum lagi. Kalau tidak salah sampai 3x.

Masyaallah.. 😍

2. Saya bersyukur bisa menyaksikan dan menjadi bagian dari perkembangannya dalam melatih kemandiriannya. Meskipun mungkin esok hari tumpah lagi, Ibu tau kamu bisa.

3. Kejadian ini menguatkan Ibu untuk pelan-pelan meninggalkan sedotan. Semoga Istiqomah, Ibu.

You made my day, Azka… !

picsart_05-10-03.14.13

Singapura, 10 Mei 2019

#hari15

#gamelevel2

#tantangan10hari

#melatihkemandirian

#kuliahbundasayang@institut.ibu.profesional

Melatih Kemandirian Anak (Hari 14)

Tantangan Hari 14, Game 2

Hari 14

Latihan untuk hari ini, sesuai rencana sebelumnya, saya sisipkan variasi agar Azka dapat merasakan cara memegang alat tuang yang berbeda. Jadi, Azka harus menuang air di gelas ukur ke dalam alat yang berwarna biru, baru kemudian dituang ke gelas untuk diminum.

Hasilnya Azka memang bisa mengikuti instruksi hanya untuk pertama kalinya hihi.. kali kedua dan seterusnya, ternyata gelas ukur sudah diabaikan olehnya. Hanya fokus pada alat berwarna biru dan gelasnya. Ketika saya persilakan untuk minum, dia terlihat memegang gelas dengan baik dan berusaha minum tanpa tumpah.

Hasil Observasi:

  1. Ternyata Azka menyambut baik ketika saya menambahkan variasi. Dia terlihat antusias dan menuang dengan cara yang baik. Walaupun selanjutnya, suka-suka dia. 😃.
  2. Lalu bagaimana minumnya? Ternyata betul, lebih baik sedikit tapi masuk daripada langsung banyak, tapi tumpah-tumpah.
  3. Oya, saya mengamati dari latihan-latihan sebelumnya Azka cenderung suka menggunakan tangan kiri yah. Saya jadi berpikir mungkin kalau dia menuang dengan tangan kanan, mungkinkah dia tidak merasa nyaman? Sepertinya perlu observasi lebih lanjut ya untuk kegiatan-kegiatan lainnya.
  4. Catatan buat Ibu, meskipun sebenarnya sudah tahu namun kadang lupa. Menciptakan tujuan yang realistis dan age-appropriate adalah penting. Pelan-pelan, sabar, dan terus berlatih sesungguhnya melatih kesabaran Ibunya juga. Yakinlah bahwa suatu saat nanti Azka bisa. Ini berlaku untuk semua yaa. Amati kekuatannya, fokus dengan latihan yang sesuai, tambahkan jam terbang. Walaupun belum sempurna, yang penting ada progress, meskipun butuh waktu.

Moral of the Story: Kita sama-sama belajar ya, Nak! Love you!

picsart_05-08-11.27.27
Tabel Kemandirian Anak; Hari 14

Singapura, 9 Mei 2019

#hari14

#gamelevel2

#tantangan10hari

#melatihkemandirian

#kuliahbundasayang@institut.ibu.profesional

Melatih Kemandirian Anak (Hari 13)

Tantangan Hari 13, Game 2

Hari 13

Melanjutkan episode sebelumnya, Azka saya latih untuk melakukan aktivitas yang sama; dengan menambah volume air menjadi 75 ml. Diawali dengan mengambil alas kerja plastik, mengambil baki berisi materialnya, beraktivitas, kemudian mengembalikannya.

Nampaknya tidak begitu banyak perubahan, Azka mampu membawanya dengan baik. Lalu dilanjutkan dengan, menuang dan minum seperlunya. Ternyata memang dibutuhkan komitmen dan konsistensi yaa dalam melatih sebuah skill. Proses menuang air ini tidak membutuhkan waktu lama, namun setiap 15 – 20 menit yang saya habiskan bersamanya, saya dedikasikan khusus untuk Azka berlatih. Tidak , tidak selalu sempurna. Kadang tumpah, kadang semaunya dia,  kadang ditinggalkan karena mungkin dia bosan. Saya juga tidak memaksanya, namun memang sengaja mengalokasikan waktu untuknya agar ada kebiasaan yang terbentuk juga.

Jadilah ketika sang kakak berbuka puasa, adik kembali saya libatkan untuk berlatih minum langsung dari gelas. Dia menunjuk-nunjuk botol yakult, ingin minum seperti kakaknya. Sebetulnya ada sedotan ya, namun sengaja saya biarkan ia menuang ke gelasnya, lalu minum yakult dari gelasnya. Apa yang terjadi?

img_20190507_190930

Ternyata latihan yang ia lakukan dipagi hari berbeda dengan sore hari. Ia tuangkan langsung dan.. sebagian besar isinya tumpah ke meja. Mungkin karena terburu-buru, mungkin karena keburu ingin minum atau isinya terlalu banyak. Oh, jadi saya berpikir, ternyata beda ya yang ia pikirkan, saya pikir dengan terbiasa bermain tuang air dia lalu menjadi hati-hati dan sudah bisa mengontrol. Jadi mungkin ini pengalaman baru baginya menuang dengan botol yakult yang tidak ada “corong”nya. Azka lalu buru-buru minum yakult yang tersisa yang berhasil masuk ke dalam gelasnya. 😀

Hasil Observasi:

  1. Sepertinya menambah volume air menjadikan air yang harus ia habiskan terlalu banyak. Sehingga mungkin untuk berikutnya, tetap kembali ke 50 ml. Lebih baik sedikit, namun habis, daripada kebanyakan.
  2. Berikutnya akan saya berikan variasi. Tetap menuang, tetapi ada material baru yang akan saya sisipkan. Namun, intinya tetap menuang air.
  3. Azka tampak masih kesulitan dalam mengontrol jumlah air yang masuk dalam mulutnya, kemudian berhenti untuk menelan, sehingga mengalirlah air yang ada di mulutnya. Saya bantu dengan memberikan contoh, kakaknya juga saya libatkan agar ia tahu bagaimana seharusnya minum.

Saya selalu mengingatkan diri, ini namanya proses… biarkan anak belajar dengan caranya sendiri. Insyaallah dia pasti akan menemukan caranya. Way to go, Azka!

 

picsart_05-07-03.58.31
Tabel Kemandirian Anak: Hari 13

Singapura, 8 Mei 2019

#hari13

#gamelevel2

#tantangan10hari

#melatihkemandirian

#kuliahbundasayang@institut.ibu.profesional

Melatih Kemandirian Anak (Hari 12)

Tantangan Hari 12, Game 2

Hari 12

Memasuki hari ke-empat untuk skill ke-2  ini, akhirnya saya mencoba untuk menggabungkan kemampuan Azka mengambil material, menuang air, dan dilanjutkan minum langsung dari gelas tanpa sedotan. Lalu ditutup dengan mengembalikan material ke tempatnya.

Nampaknya, Azka menikmatinya. Dia melakukan urutannya dengan betul. Namun bukan berarti saya tidak mengingatkan, tetap saja ada langkah-langkah yang harus dibetulkan. Meskipun begitu, secara umum, he got the idea.

Hasil Observasi:

1. Ketika membawa baki beserta isinya, saya melihat Azka mulai bisa beradaptasi. Saya tetap mengisi gelas ukurnya dengan air sebanyak 50ml. Ternyata, dia bisa. Tapi tentu saja minum airnya masih tumpah-tumpah, lalu dilanjutkan bermain air kemudian. 😁. Dan tentu saja, diingatkan agar mengelap meja dan mengembalikan materialnya.

2. Untuk hari selanjutnya, mungkin dengan prosedur yang sama, saya akan menambah volume airnya menjadi 75ml. Sedikit demi sedikit diberi tantangan lebih, untuk melatih tangan dan jari-jarinya membawa baki.

Ini pertama kalinya Azka melakukan secara komplit dan saya mengapresiasinya. Meskipun terlihat sederhana bagi saya, sebenarnya ini prestasi ya untuk dia.

Ahh, Ibu terharu. Anak laki-laki Ibu cepat sekali besarnya! 🥰

picsart_05-07-06.02.25

Singapura, 7 Mei 2019

#hari12

#gamelevel2

#tantangan10hari

#melatihkemandirian

#kuliahbundasayang@institut.ibu.profesional

Melatih Kemandirian Anak (Hari 11)

Tantangan Hari 11, Game 2

Hari 11

Untuk melatih skill minum air ini, ternyata cukup tricky. Memang, disatu sisi ini adalah skill yang bisa dilatih kapan saja dan di mana saja, namun juga identik dengan harus siap berantakan dimana saja.

Kemarin kita juga harus pergi makan di luar dan saya tetap membawa gelas andalannya. Dan masih sama seperti hari sebelumnya, air masih menetes dari bagian bawah. Mulutnya seakan belum menutup. Dan air yang menetes di meja malah menjadi bahan praktek adek selanjutnya: mengelap meja yang basah.

Akhirnya, saya berpikir untuk menambah jam terbang Adek. Ketika malam hari tiba, melihat Kakaknya minum susu dengan gelas, Adek meraih-raih seakan mengatakan juga ingin mencoba. Saya berikan gelas berisi susu, sedikit saja. Memang dia mau, walau susu masih tumpah mengalir dari mulutnya. Tapi sempat dapat sekitar 3 kali minum😅.

Hasil Observasi:

1. Saya merasa, menuang air kemudian minum memang merupakan tantangan untuk Adek. Jadi, menambah jam terbang memang harus dilakukan. Untuk sementara waktu, jumlah air akan tetap sama.

2. Kalau saya amati, ternyata ketika belajar minum tanpa sedotan, Azka juga belajar melakukan kontrol atas tangannya yang sedang melekatkan gelas di mulutnya. Seberapa tinggi dia harus memposisikan gelasnya, dan seberapa banyak air yang harus ia minum, agar tidak tumpah. Rencananya, latihan berikutnya akan saya gabung, menuang air lalu minum. Tapi lihat bagaimana besok ya, Dek.

Practice makes perfect, alon-alon asal kelakon, and keep trying, Azka!

 

picsart_05-06-01.53.24

Singapura, 6 Mei 2019

#hari11

#gamelevel2

#tantangan10hari

#melatihkemandirian

#kuliahbundasayang@institut.ibu.profesional

Melatih Kemandirian Anak (Hari 10)

Tantangan hari 10, game 2

Hari 10

Jadwal kemarin cukup padat, dari pagi kami harus pergi karena menghadiri acara sekolah anak pertama dan dilanjutkan bertemu dengan keluarga dari Indonesia. Namun, seperti yang sudah saya rencanakan, hari ini memang khusus melatih Azka untuk minum tanpa sedotan. Ketika, makan di tempat makan, Azka saya siapkan gelasnya yang memang saya bawa dari rumah agar ia bisa mencobanya.

Gelas yang ada saya isi air sebanyak 50ml dan saya ajak ia untuk minum.

Hasil observasi:

1. Cara Azka memegang gelas sudah betul, namun betul, bagian minum airnya memang masih harus dilatih . Entah dia sengaja atau tidak, ia tidak langsung menutup mulutnya ketika air sudah masuk. Jadi yaa…mengalirlah sudah… 😀

2. Azka memang masih memiliki kecenderungan untuk main. Namanya juga anak-anak. Karena setelah puas minum, tangannya pun masuk ke dalam gelas alias airnya “diobok-obok”. Jadi saya akan tetap memberikan peluang untuk latihan namun ya siap saja dengan kain lap dan sebagainya. 

3. Memberikan limit. Alias airnya jangan banyak-banyak. Secukupnya. Karena bagaimanapun memberikan kesempatan untuk latihan tetap penting, sambil terus memberikan contoh nyata dan mengedukasi anak cara minum yang benar, bahwa air minum sebenarnya tidak untuk diobok-obok. 😀

Lanjutkan ya Azka! 🙂

picsart_05-05-04.15.37

Singapura, 5 Mei 2019

#hari10

#gamelevel2

#tantangan10hari

#melatihkemandirian

#kuliahbundasayang@institut.ibu.profesional

Melatih Kemandirian Anak (Hari 9)

Tantangan Hari 9, Game 2

Hari 9

Memasuki hari ke 2 untuk latihan yang kedua ini, Azka terlihat segar setelah mandi pagi. Kali ini, saya melatihnya mulai dari menentukan alas apa yang akan dipakai. Dan ternyata memang, Azka masih terpaku pada alas kain, bukan alas plastik.

 

Setelah diingatkan beberapa kali, baru dia beralih ke alas plastik. Kemudian ketika diminta mengambil baki berisi peralatan air, dia melaksanakannya. Kali ini saya mengisi gelas ukurnya dengan 50ml air saja, tentu saja agar tidak terlalu terasa berat. Dia mengangkatnya dengan mudah dan meletakkannya di meja. Otomatis, Azka menuang-nuang air seperti biasanya.

Hasil Observasi:

1. Saya sengaja memecah tahapan latihan kali ini. Untuk hari ini fokusnya mulai dari memilih alas yang digunakan sampai membawa material berisi air ke meja. Lalu mengembalikannya lagi.

2. Azka memang terlihat ingin minum, namun ternyata belum sampai ditelan, hanya sebatas mulut saja hihi..mungkin dia masih ragu, boleh diminum tidak. Dan tentu saja, kreativitas mulai muncul. Tangannya mulai masuk ke gelas, main kecipak kecipuk, dan sebagainya. Sebatas masih di dalam baki, saya persilakan ia main.

3. Namun, Azka terlihat mampu mengembalikan material dengan baik. Well done, Azka!

Jadi, besok mulai latihan minum ya, Dek.

picsart_05-04-03.34.34
Tabel Kemandirian Anak: Hari 9

Singapura, 4 May 2019

#hari9

#tantangan10hari

#gamelevel2

#melatihkemandirian

#kuliahbundasayang@institut.ibu.profesional

Melatih Kemandirian Anak (Hari 8)

Tantangan Hari 8, Game 2

Setelah melatih satu kemampuan Azka selama 7 hari berturut-turut; yakni membereskan mainan, maka sekarang waktunya melatih kemampuan yang lain. Tentu saja sebisa mungkin tidak  melupakan kemampuan yang lama. Rencananya saya memilih kemampuan ini:

“menuang air ke gelas lalu langsung minum tanpa sedotan”

Sebenarnya bukan tanpa alasan saya memilih ini, karena beberapa waktu sebelum ini, Azka selalu menunjukkan keinginannya minum sendiri tanpa sedotan. Alasannya ya karena ia melihat kami, orang-orang disekitarnya tidak pernah menggunakan sedotan. Jadi, setiap kali kami minum, tangannya pasti meraih-raih. Lalu kadang saya beri sedikit agar ia puas juga. Karena itu, saya pikir, dengan porsi yang sedikit mungkin bisa saya coba. Karena memang selama ini, Azka selalu minum menggunakan sedotan.

Hal lain yang mendukung mengapa saya ingin melatih ini, karena ternyata dalam Child Health Booklet yang ia miliki sejak lahir (pemberian dari pemerintah Singapura), minum langsung dari gelas tanpa tumpah merupakan salah satu milestone yang harus dicapai pada usia Azka sekarang ini. Jadi saya pikir tidak ada salahnya dilatih.

Masih menggunakan metode Montessori, yang ternyata sejalan dengan latihan ini yakni; Wet Pouring Activity. Selama 7 hari ke depan, Azka akan sibuk bermain air kali ini. Dengan tujuan akhir: minum sendiri dari gelas kecilnya tanpa tumpah.

Hari 8

Azka suka sekali bermain air. Dan saya yakin, jarang yaa… anak kecil yang tidak suka bermain air. Untuk hari pertama ini, saya hanya ingin mengenalkan terlebih dahulu aktivitas tuang-menuang air, dari satu teko kecil ke gelas kecil juga.

 

 

Oya, bedanya sekarang, karena aktivitasnya berkaitan dengan air, maka Azka tidak menggunakan alas kain yang biasanya, namun alas plastik. Saya juga akan melatih dia untuk mulai membedakan alas mana yang harus ia ambil kalau bermain dengan air. Tapi untuk hari ini, cukup tuang menuang terlebih dahulu.

 

Hasil Observasi:

  1. Ketika saya berikan teko kecil berisi air, Azka tampak tertarik dan sudah pasti tidak sabar ingin melakukan tuang-menuang sendiri.
  2. Sebenarnya untuk konsep menuang sendiri, Azka sudah paham, jadi sepanjang kegiatan, yang dilakukan memang sudah benar; menuang air ke gelas, lalu dikembalikan ke teko, begitu seterusnya. Karena saya letakkan di baki, maka percikan-percikan air pun jatuh di baki. Saya juga menyediakan kain felt kecil untuk memberikan contoh padanya, agar bisa mengelap bagian yang basah.
  3. Oya, jumlah cairan yang saya berikan masih sedikit. Rencana saya, secara bertahap akan saya tambahkan dan mulai melatih dia minum, sedikit demi sedikit. Untuk menambah variasi, mungkin tipe gelasnya akan saya ganti-ganti agar Azka merasa selalu ada yang baru. Dan, jangan lupa, airnya tentu air yang sudah siap minum.
  4. Selamat bersenang-senang, Azka!

 

picsart_05-03-04.22.11
Tabel Kemandirian Anak: Hari 8

Singapura, 3 Mei 2019

#hari8

#gamelevel2

#tantangan10hari

#melatihkemandirian

#kuliahbundasayang@institut.ibu.profesional